"Blog ini gratis, menandakan tidak menerima bantuan dari asing."

Keseleo lisan, Usman Hamid dilaporkan ke Polisi

Akibat dianggap tidak dapat menjaga lisannya, Usman Hamid, Koordinator di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), akhirnya dilaporkan ke Polisi. Usman dilaporkan ke polisi oleh Tim penasihat hukum mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Muchdi Purwopranjono terkait pernyataan dan fitnah yang ia lakukan. Sama seperti yang kita saksikan selama ini, Usman Hamid memang salah satu orang yang "rajin" mengulang-ngulang pernyataan bahwa Muchdi Pr adalah pembunuh.

Usman Hamid memang terkesan siap dengan dilaporkannya dirinya ke polisi itu. Bahkan ia menyatakan itu bukan masalah penting buat dirinya. Nampak seolah seperti orang yang tidak mengerti hukum. Padahal Usman Hamid yang lulusan Fakultas hukum unversitas Trisakti tahun 1999 dan bergabung dengan KontraS pada pertengahan tahun 1999 ini, paham benar bahwa dirinya telah melakukan perbuatan hukum. Anak dari pasangan (Alm) Abdul Hamid dan Halimatus Sa'diyah ini memang termakan oleh lisannya sendiri. Kita semua teringat pepatah: "Mulut mu, harimau mu, nak."

Namun gertakan seperti ini bagi Usman Hamid adalah hal biasa. Bahkan menurutnya, ia sudah sering menerima teror dan ancaman dari berbagai pihak yang tidak suka kepadanya. Kita lihat saja, dalam beberapa wawancara atau publikasi, Usman memang "rajin" menyampaikan kalau dirinya kerap diteror oleh berbagai pihak. Ia pun menambahkan, tak hanya teror, namun juga apa yang menurutnya "jebakan-jebakan" seperti katanya ada yang mengajak pertemuan di klab malam, ditawarkan minum-minuman keras, ditawarkan wanita tuna susila (WTS) hingga ditawarkan uang ratusan juta.

Padahal, dengan logika yang wajar, sulit membuktikan kebenaran apa yang disampaikannya itu. Karena itu hanya versi Usman Hamid-lah yang menyatakan demikian, sehingga ia-lah yang tahu apakah itu fiktif atau bukan. Kemudian, bisa saja apa yang ia sebut dengan "jebakan-jebakan" itu sebetulnya hanya perasaannya dan asumsinya belaka. Apakah kita semua sedang dipaksa menerima bahwa dia adalah orang suci? Kalau 'orangnya' Suciwati, itu iya.

Namun pastinya, pemuda yang ketika tahun 1987 masih duduk di sekitar kelas 5 SD ini memang rajin "mencitrakan" dirinya seolah sebagai orang yang terdzalimi. Namun kali ini Muchdi yang didzalimi oleh Usman Hamid.

Kita lihat saja apakah Usman Hamid berani mengakui dan masuk penjara. Bukti dan fakta memang telah menunjukkan Usman Hamid melakukan demikian, disaksikan banyak orang, diliput puluhan media ibu kota. Bahkan sekarang dengan terang-terangan Usman Hamid mengajak publik untuk "menghakimi" orang.
Tetapi seorang Usman Hamid kan seorang pejuang. Pejuang apa itu yang takut masuk penjara.

Tidak ada komentar: